Peristiwa Manzikert sebagian lain menyebutkan pertempuran Manzikert
Dalam
rentetan tragedi yang terjadi kisaran tahun 463 Hijriyah, para sejarawan mengisahkan bahwa Sulthan Muslim dari
Turki
yang bernama Alib Arselan As-Saljuqi,
adalah salah seorang Mujahid yang baru saja pulang dari sebuah peperangan
menuju ibukota negerinya di Thabaristan. Adapun bala
tentaranya baru saja dilelahkan oleh peperangan yang sangat panjang dan pahit.
Banyak di antara mereka yang tewas dan terluka. Dan jumlah mereka tidak lebih
dari 15000 prajurit. Maka Armanus sang raja Romawi
Barat(1) mendengar kepulangan bala tentaranya Sulthan Alib Arselan dengan
kekuatan yang sangat terkuras dan letih. Dengan serta merta dia bertolak
bersama iring-iringan pasukan gabungan yang berasal dari Kurkh(2), Franka(3),
Saxons(4) dan sebagian wilayah Romawi timur yang belum dikuasai oleh kaum
Muslimin dengan jumlah yang sangat besar.
Jumlah
pasukannya mencapai 35 ribu beatrix (panglima), dan
setiap beatrix mengomandoi 200 ribu pasukan berkuda dari Romawi Barat.
Sementara pasukan yang berasal dari Kurkh, Franka dan Saxons berjumlah 35 ribu
prajurit perang. Dan dari wilayah Romawi timur dan yang berdomisili di Konstantinopel
berjumlah 15 ribu prajurit. Dia juga membawa 1.000 orang pelubang tembok dan
pasukan penggali. Sedangkan jumlah perbekalan perang yang dia bawa adalah 400
kereta yang dilengkapi dengan roda dengan besi berduri, 1.000 kereta yang
membawa senjata-senjata pelontar dan manjaniq
(sejenis catapult)serta berbagai
macam alat perang modern (pada zaman itu). Salah satunya adalah sebuah meriam
yang harus didorong oleh 1.200 orang.
Armanus si raja Romawi tertipu
dengan kekuatan dari pasukannya. Sebelum dia mulai menyerang dan menaklukkan
negeri-negeri kaum muslimin, terlebih dahulu dia membagi-bagi negeri tersebut.
Lantas dia berujar kepada panglimanya, “Bagianmu adalah syam dan bagianmu ini dan
itu!” Hingga kota Baghdad.
Dia juga berkata kepada para pengikutnya bahwa dia yakin akan berhasil
menguasainya. Salah satunya, dia berkata kepada orang yang dia tunjuk akan
berkuasa di Baghdad,
“Mintalah wasiat yang baik kepada sang Khalifah, karena dia adalah sobat kita!”
Selanjutnya
Armanus berhasil mencaplok kawasan Anatolia,
Kapadokia separuh wilayah Khurasan
dan sebagian wilayah Iraq
hingga sampailah dia di Syam.
Armanus dan pasukannya merampas seluruh harta kekayaan kaum Muslimin di daerah
itu.
Kabar
tentang tragedy ini sampai juga ke telinga Sulthan Alib Arselan dan dia
benar-benar terkejut. Dia pun menjadi bingung tatkala mendengar tentara dari
daulah Bani Abbasiyah
di Hejaz,
Nejd dan Iraq menarik pasukannya
dan tentara dari daulah Fathimiyyah di mesir dan
syam kalah perang. Sang Sulthan pun mulai menimbang-nimbang perkara dahsyat ini
serta melihat beberapa kemungkinan pahit tersebut, di antaranya adalah:
-
Apakah dia akan melarikan diri dari serangan bala tentara Romawi yang sangat dahsyat
itu? Tentunya, jika dia mengambil sikap ini, ia akan dianggap sebagai seorang
pengecut!!! - Apakah dia akan menarik diri, dan membiarkan negerinya dirampas
oleh pasukan Romawi, sehingga dengan semena-mena mereka berbuat kerusakan
disana? - Ataukah dia akan maju ke medan perang dan mengobarkan bala tentaranya
untuk terjun di arena pertempuran?
Namun,
dorongan iman yang senantiasa menyertai dirinya telah membakar seluruh semangat
bertempur sang Sulthan yang masih tersisa dan tidak akan pernah lenyap dari
dalam dadanya. Dia benar-benar bergejolak laksana seekor singa jantan yang
terbakar api keimanan. Dia pun memasuki tendanya dan mencopot baju besinya,
serta mambalut tubuhnya dengan kain kafan. Selanjutnya, dia keluar dan berdiri
sambil mengumumkan kepada bala tentaranya, “Pada hari ini agama Islam sedang
diancam bahaya besar, dan segenap kaum muslimin pun juga sedang diancam bahaya
besar. Saya begitu khawatir kalau saja kalimat Laa Ilaaha Illallah sampai
terkikis di muka bumi ini.” Kemudian dia berteriak dengan lantang, “Wahai kaum
muslimin, tolonglah Islam, tolonglah Islam! Saya telah membungkus tubuh ini
dengan kain kafan. Barangsiapa yang menginginkan surga, hendaklah dia melakukan
seperti apa yang saya lakukan. Kita harus bertarung di bawah panji Laa Ilaaha
Illallah hingga kita mati syahid atau dapat meninggikan kalimat Laa Ilaaha
Illallah!”
Pernahkah
anda menyaksikan sebuah pasukan tentara berjumlah 15.000 orang yang dibalut
kafan seluruh tubuhnya, dalam satu waktu….?. Ya, pasukan itu adalah pasukan
Sulthan Alib Arselan; pasukan
gagah berani yang tubuhnya terbungkus kain kafan. Di kala itu Sulthan Alib Arselan didampingi
seorang faqih bernama Syaikh Abu Nashr
Muhammad bin Abdul malik Al-Bukhari . Sang faqih ini menyarankan
agar waktu pertempuran dilakukan pada hari jum’at setelah matahari condong
(ketika setelah selesai salat jum’at), manakala para khathib sedang mendoakan
pasukan mujahidin. Ketika waktu yang diasarankan sang Al-faqih tiba, kedua
pasukan itu pun saling menatap.
Satu
golongan berjuang demi Agama dan tanah airnya dan yang satu lagi berjuang demi
kekuasaan.
Selanjutnya
Sulthan Alib Arselan turun dari
kudanya, dia pun tersungkur sujud kepada Allah Subhana wa Ta’ala dan
menceburkan wajahnya ke tanah. Dia berdoa dan meminta pertolongan kepada Allah
‘Azza wa Jalla kemudian dia dan pasukannya pun merangsek ke dalam arena
pertempuran, sambil mengucapkan doa, “Wahai Rabb-ku, aku merindukan perjumpaan
dengan-Mu agar Engkau ridha kepadaku!”.
Belum
ada informasi akurat dan netral tentang taktik dan strategi
perang yang digunakan Sultan Alib Arselan, akan tetapi beberapa saat
setelah pertempuran berkobar Armanus, sang raja romawi
barat turut ditawan. Raja tersebut ditawan oleh seorang Mujahid. Sebelum
Sulthan Alib Arselan keluar
menemui pasukan bala tentaranya, dia berkata kepada sang mujahid tersebut,
“kembalilah!”. Maka mujahid tersebut menjawab, “tidak”. Selanjutnya sang
Sulthan berkata, “kembalilah, barangkali kamu berhasil menawan armanus!”.
Armanus
pun berdiri di hadapan sang Sulthan Alib Arselan. Armanus pun tersungkur
mencium kaki sang Sulthan sebagai bentuk penghormatan. Kemudian dia menebus
dirinya dengan emas sebesar satu juta dinar setengah. Namun rupanya sang
Sulthan enggan menerima tebusan tersebut karena Armanus telah membantai
jutaan kaum muslimin di pulau Cyprus, Syam dan separuh wilayah Iraq. Sang Sulthan pun
memilih untuk mengqishash raja tersebut.
Sementara
itu sisa-sisa pasukan Sulthan Alib Arselan dan para
Mujahidin mulai menyusun kekuatan untuk bersiap-siaga menghadapi serangan
balasan setelah kekalahan gabungan tentara salib. Adapun Sulthan Alib Arselan dan seluruh
kaum muslimin dan para Mujahidin larut dalam suasana syukur dan pujian tak
terhingga kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Ia Rahimahullah senantiasa berjihad
hingga detik-detik terakhir dari kehidupannya, sampai wafatnya beliau dalam
usia sekitar 41 tahun, tepatnya pada tahun 465H semoga Allah ‘Azza wa Jalla
mensucikan ruhnya. Setelah kematian sang Sulthan, barulah pasukan kaum salibis
berhasil merebut negeri-negeri kaum muslimin di wilayah syam dan sekitarnya.
(2).Bangsa
yang mendiami wilayah eropa tengah
(3).Sekarang
adalah bangsa perancis.
(4).Bangsa
yang mendiami wilayah eropa bagian utara.
Referensi :
1.Al-Bidaayah
Wan Nihaayah, Ibn Katsir.
2.Tarikh
Khulafa', As-Suyuthi.
3.Tarikh
Islamy, Ibn Khaldun.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar