BAB II
LANDASAN TEORI
A.
Pengertian Pendidikan dan Belajar
Pendidikan merupakan suatu kebutuhan yang sangat penting di masa kini, tanpa pendidikan bisa dikatakan kita tidak akan memperoleh dan berdaya guna di masyarakat, di bawah ini beberapa definisi pendidikan menurut para ahli ; Pendidikan adalah proses abadi dari penyesuaian lebih tinggi bagi makhluk yang telah berkembang secara fisk dan mental yang bebas dan sadar kepada Tuhan seperti termanifestasikan dalam alam sekitar, intelektual, emosional dan kemauan dari manusia.( Herman H Horn). Pendidikan didefinisikan sebagai upaya memanusiakan manusia muda atau pengangkatan manusia muda ke taraf insani. (Driyarkara, Driyarkara Tentang Pendidikan, Yayasan Kanisius, Yogyakarta, 1950, hlm.74.). Pendidikan diartikan sebagai proses pembelajaran bagi individu untuk mencapai pengetahuan dan pemahaman yang lebih tinggi mengenai obyek-obyek tertentu dan spesifik. Pengetahuan tersebut diperoleh secara formal yang berakibat individu mempunyai pola pikir dan perilaku sesuai dengan pendidikan yang telah diperolehnya.(Kamus Besar Bahasa Indonesia 1991.). sedangkan Belajar ialah proses perubahan tingkah laku seseorang terhadap situasi tertentu, yang disebabkan oleh pengalamannya yang berulang – ulang dalam situasi itu, dimana perubahan tingkah laku itu tidak dapat dijelaskan berdasarkan atas kecenderungan tanggapan bawaan, kematangan, atau keadaan – keadaan sesaat seseorang (misalnya kelelahan, pengaruh obat – obatan, dan sebagainya (Hilgard dan Bower, 1975 : 2). Belajar ialah perubahan yang relatif permanen dalam tingkah laku atau kemampuan yang merupakan hasil dari pengalaman (Vanderzanden dan Pace, 1984).
Meskipun terdapat beberapa perbedaan pendapat dari
masing – masing ahli, namun rupanya terdapat kesamaan pendapat dari
para ahli tersebut bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku.
Seseorang dikatakan telah belajar apabila dia telah dapat melakukan sesuatu
yang tidak dapat dilakukan sebelumnya. Perubahan tingkah laku yang diharapkan
dalam bentuk tujuan atau sasaran belajar. Misalnya setelah belajar mata kuliah
bimbingan dan konseling, mahasiswa dapat menjelaskan, melaksanakan bimbingan
dan konseling, dan sebagainya.
B.
Pengertian Bimbingan belajar
Bimbingan belajar merupakan salah atu bentuk layanan
bimbingan yang penting diselenggarakan di sekolah. Pengalaman menujukkan bahwa
kegagalan-kegagalan yang dialami siswa dalam belajar tidak selalu disebabkan
oleh kebodohan atau rendahnya intelegensi. seringkali kegagalan itu terjadi
disebabkan karena mereka tidak mendapat layanan bimbingan yang memadai
(Prayitno, 2004 : 279). Sedankan menurut
(Munandar ,1999) Bimbingan belajar adalah suatu proses pemberian bimbingan dari
pembimbing kepada siswa dengan cara mengembangkan suasana belajar yang kondusif
dan mengembangkan keterampilan serta kebiasaan belajar agar mencapai hasil
belajar yang optimal sesuai dengan bakat dan kemampuannya.
Dengan bertitik tolak dari uraian di atas, maka yang
dimaksud dengan layanan bimbingan belajar ialah suatu proses bantuan yang
diberikan kepada individu (murid) untuk dapat mengatasi masalah – masalah yang
dihadapinya dalam belajar, agar setelah melaksanakan kegiatan belajar –
mengajar mereka dapat mencapai hasil belajar yang lebih baik sesuai dengan
kemampuan, bakat, dan minat yang dimiliki masing – masing.
C.
Peran Bimbingan Belajar terhadap Pendidikan
Bimbingan pendidikan bertujuan untuk membantu murid
dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah dalam bidang pendidikan.
Sehubungan dengan kegiatan pendidikan, maka akan timbul berbagai persoalan
terutama bagi murid sendiri. Sesuai dengan itu, maka bimbingan pendidikan
memberikan bantuan kepada murid dalam hal :
1. Pengenalan terhadap situasi pendidikan yang dihadapi
Dalam situasi pendidikan yang dihadapi oleh
murid-murid, maka murid perlu mendapat bantuan. Bantuan tersebut dapat berupa;
sistem belajar, buku-buku, metode belajar, alat-alat pelajaran dan sebagainya.
Program orientasi merupakan salah satu cara untuk mencapai hal tersebut.
2. Pengenalan terhadap studi lanjutan
Bantuan ini terutama diberikan kepada murid-murid
kelas terakhir yang akan meninggalkan sekolah dan akan melanjutkan studinya.
Pengenalan yang diberikan antara lain mengenai jenis-jenis sekolah yang dapat
dimasuki, syarat-syarat masuk ke sekolah lanjutan, cara-cara pemilihan jurusan
yang sesuai dan sebagainya.
3. Perencanaan pendidikan
Untuk mencapai sukses dalam pendidikan, harus dibuat
suatu rencana yang jelas dan nyata mengenai kemungkinan-kemungkinan pendidikan
yang akan ditempuhnya. Murid perlu mendapat bantuan sesuai dengan cita-citanya,
bakat, minat dan sebagainya. Dengan demikian, murid dapat menempuh suatu
pendidikan yang didasari oleh suatu rencana yang nyata, sehingga lebih menjamin
tercapainya suatu tujuan.
4. Pendidikan spesialisasi
Pada saat-saat tertentu murid dihadapkan kepada
pemilihan suatu spesialisasi (kekhususan), misalnya, pemilihan jurusan pada
kelas-kelas terakhir di SMA, pemilihan jurusan di perguruan tinggi, dan
lain-lain. Dalam sekolah komprehensif ( sekolah pembangunan ) , masalah
spesialisasi ini memegang peranan penting terutama pada kelas-kelas tinggi.
Pemilihan ini akan menentukan suksesnya individu di masa mendatang. Oleh karena
itu, murid harus benar-benar mendapat bantuan yang nyata.
Sedangkan Dewa Ketut Sukardi, dalam bukunya
dasar-dasar bimbingan dan penyuluhan di sekolah menyebutkan bahwa tujuan dari
bimbingan pendidikan ( educational guidance ) secara garis besarnya adalah
untuk :
1. Membantu para siswa untuk menilai potensi-potensi,
kemampuan-kemampuan, bakat dan minatnya, sifat-sifat pribadinya yang
berhubungan dengan pelajaran.
2. Membantu siswa untuk mengetahui berbagai kemungkinan
pendidikan yang ada padanya.
3. Memilih sekolah, universitas, institute, sekolah
tinggi atau pusat latihan yang cocok dengan pilihannya.
4. Membantu siswa untuk menentukan segi-segi kelemahan
dan kekuatan yang ada pada diriya guna keberhasilan pendidikannya.
5. Membantu siswa untuk menyesuaikan diri dengan suasana
sekolah, sehingga dapat mengarahkan semua potensi, kemampuan, bakat dan
minatnya untuk mencapai keberhasilan dalam belajarnya.
E. HIPOTESIS TINDAKAN
1. . Siswa dapat memahami
dirinya, misalnya siswa dapat memahami keunggulan dan kelemahan diri. Hal ini
dapat tercipta jika siswa merasa aman dan bebas untuk mengungkapkan dan
mewujudkan dirinya.
2. Siswa memiliki keterampilan
belajar, misalnya keterampilan untuk membuat pertimbangan dan mengambil
keputusan.
3. Siswa mampu memecahkan masalah belajar,
misalnya bagaimana cara menyelesaikan persoalan secara kreatif, tiak cukup
untuk hanya mengemukakan macam – macam gagasan rumus atau menghasilkan sejumlah
kemungkinan penyelesaian masalah.
4. Terciptanya suasana belajar yang
kondusif bagi siswa.
5. Siswa memahami lingkungan
pendidikan.
6. siswa dapat memahami dan mengerti dan dapat
mengaplikasikan ilmu fisika yang telah dipelajari dengan baik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar