MAKALAH SEJARAH PERADABAN ISLAM
MASA
KEAMIRAN DAN KEKHALIFAHAN SEPANYOL HINGGA KEMUNDURANNYA
DISUSUN
OLEH
KELOMPOK
:
Novianti
: ( 1111090014 )
Novvia
Mega Puspita : ( 1111090013 )
Okky
Arrifan rasyid : ( 1111090040 )
Dosen
pembimbing:
Siti
Masykurah M.Ag
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
RADEN INTAN LAMPUNG
2012-2013
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada
Allah SWT yang memberikan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
Sejarah peradaban islam yang berjudul “”masa masa keamiran khalifah di spanyol
serta kemundurannya”.
Kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan tugas ini, baik bantuan meterial, maupun bantuan berupa dorongan
semangat sehingga kami dapat menyelesaikan tugas ini tepat waktu.
Dalam penyusunan makalah ini kami merasa masih
banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami meminta kritik dan saran yang bersifat
membangun sehingga nantinya dalam menyusun laporan selanjutnya jauh lebih baik.
Dan semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi para pembaca. Amin..
Bandar Lampung, Oktober 2012
KELOMPOK 9
DAFTAR
ISI
HALAMAN
JUDUL..................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................ii
DAFTAR
ISI.............................................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang......................................................................................
1.2 Rumusan Masalah…………………………………………………….
BAB II
PEMBAHASAN
2.2
Kemajuan Peradaban di Spanyol…………………………..
2.3
Faktor-faktor Pendukung Kemajuan…………………
2.4
……………………………………………………..
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
a. Latar Belakang
Spanyol adalah salah satu daerah kekusaaan yang pernah di kuasai oleh
islam, Islam sangat berperan penting terhadap peradaban masyarajat di eropa,karna
pada saat sebelum penaklukan eropa berada pada saat masa masa yang kelam.
Spanyol merupakan tempat yang paling utama bagi Eropa menyerap peradaban
Islam, baik dalam bentuk hubungan politik, sosial, maupun perekonomian dan
peradaban antarnegara. Orang-orang Eropa menyaksikan kenyataan bahwa Spanyol
berada di bawah kekuasaan Islam jauh meninggalkan negara-negara tetangga Eropa,
terutama dalam bidang pemikiran dan sains di samping bangunan fisik.
Walaupun Islam akhirnya terusir dari negeri Spanyol dengan cara yang
sangat kejam, tetapi ia telah membidani gerakan-gerakan penting di Eropa.
Gerakan-gerakan itu adalah kebangkitan kembali kebudayaan Yunani klasik
(renaissance) pada abad ke-14 M yang bermula di Italia, gerakan reformasi pada
abad ke-16 M, rasionalisme pada abad ke-17 M, dan pencerahan (aufklaerung) pada
abad ke-18 M. Setelah berakhirnya periode klasik Islam, ketika Islam mulai
memasuki masa kemunduran, Eropa bangkit dari keterbelakangannya. Kebangkitan
itu bukan saja terlihat dalam bidang politik dengan keberhasilan Eropa
mengalahkan kerajaan-kerajaan Islam dan bagian dunia lainnya, tetapi terutama
dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahkan, kemajuan dalam bidang ilmu
dan teknologi itulah yang mendukung keberhasilan politiknya. Kemajuan-kemajuan
Eropa ini tidak bisa dipisahkan dari pemerintahan Islam di Spanyol. Dari
Spanyol Islamlah Eropa banyak menimba ilmu. Pada periode klasik, ketika Islam
mencapai masa sangat penting, menyaingi Baghdad di Timur. Ketika itu,
orang-orang Eropa Kristen banyak belajar di perguruan-perguruan tinggi Islam di
sana. Islam menjadi “guru” bagi orang Eropa. Karena itu, kehadiran Islam di
Spanyol banyak menarik perhatian para sejarawan.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 MASA
KEAMIRAN DAN KEKHALIFAHAN SEPANYOL
Masa keamiran dan ke khalifahan di Spanyol yang berlangsung lebih dari tujuh setengah abad, Islam memainkan peranan yang sangat besar. Sejarah panjang
yang dilalui Umat Islam di Spanyol ini dapat dibagi menjadi enam periode, dimana tiap
periode mempunyai corak pemerintahan dan dinamika masyarakat tersendiri. Sejak
pertama kali menginjakkan kaki di tanah Spanyol hingga jatuhnya kerajaan Islam terakhir di sana, Islam memainkan peranan yang sangat besar. Masa itu
berlangsung lebih dari tujuh setengah abad sejarah panjang yang dilalui umat
Islam di Spanyol, itu dapat dibagi menjadi enam periode 3 periode keamiran dan
3 periode kekhalifahanyaitu :
Keamiran
di Kordoba
- Abdurrahman
I, 756-788
- Hisyam I,
788-796
- Al-Hakam I,
796-822
- Abdur-rahman II,
822-888
- Abdullah bin Muhammad,
888-912
- Abdur-rahman III,
912-929
Periode Pertama (711-755 M)
Pada periode ini Spanyol berada di bawah pemerintahan para wali yang diangkat
oleh Khalifah Bani Umayah yang berpusat di Damaskus. Pada periode ini stabilitas politik negeri Spanyol belum tercapai secara sempurna, gangguan-gangguan
masih terjadi, baik datang dari dalam maupun dari luar. Gangguan dari dalam
antara lain berupa perselisihan di antara elite penguasa, terutama akibat
perbedaan etnis dan golongan. Disamping itu, terdapat perbedaan pandangan
antara khalifah di Damaskus dan gubernur Afrika Utara yang berpusat di Kairwan. Masing-masing mengaku bahwa merekalah yang paling
berhak menguasai daerah Spanyol ini.
Oleh karena itu,
terjadi dua puluh kali pergantian wali (gubernur) Spanyol dalam jangka waktu yang amat singkat. Perbedaan
pandangan politik itu menyebabkan seringnya terjadi perang saudara. Hal ini ada
hubungannya dengan perbedaan etnis, terutama, antara Barbar asal Afrika Utara dan Arab. Di dalam etnis Arab sendiri terdapat dua golongan yang terus-menerus
bersaing, yaitu suku Quraisy (Arab Utara) dan Arab Yamani (Arab Selatan). Perbedaan etnis ini seringkali menimbulkan konflik
politik, terutama ketika tidak ada figur yang tangguh. Itulah sebabnya di Spanyol pada saat itu tidak ada gubernur yang mampu
mempertahankan kekuasaannya untuk jangka waktu yang agak lama.
Gangguan dari luar
datang dari sisa-sisa musuh Islam di Spanyol yang bertempat tinggal di daerah-daerah pegunungan
yang memang tidak pernah mau tunduk kepada pemerintahan Islam. Gerakan ini terus memperkuat diri. Setelah berjuang
lebih dari 500 tahun, akhirnya
mereka mampu mengusir Islam dari bumi Spanyol. Karena seringnya terjadi konflik internal dan
berperang menghadapi musuh dari luar, maka dalam periode ini Islam Spanyol belum memasuki kegiatan pembangunan di bidang
peradaban dan kebudayaan. Periode ini berakhir dengan datangnya Abdurrahman al-Dakhil ke Spanyol pada tahun
138 H/755 M.
Periode Kedua
(755-912 M)
Pada periode ini. Spanyol berada di bawah pemerintahan seorang yang bergelar
amir (panglima atau gubernur) tetapi tidak tunduk kepada pusat pemerintahan Islam, yang ketika itu dipegang oleh khalifah Abbasiyah di Baghdad. Amir pertama adalah Abdurrahman I yang memasuki Spanyol tahun 138
H/755 M dan diberi gelar Al-Dakhil (Yang Masuk ke Spanyol). Dia adalah keturunan Bani Umayyah yang berhasil lolos dari kejaran Bani Abbas ketika
yang terakhir ini berhasil menaklukkan Bani Umayyah di Damaskus. Selanjutnya, ia berhasil mendirikan dinasti Bani Umayyah di Spanyol. Penguasa-penguasa Spanyol pada periode ini adalah Abdurrahman al-Dakhil, Hisyam I, Hakam I, Abdurrahman al-Ausath, Muhammad ibn
Abdurrahman, Munzir ibn Muhammad, dan Abdullah ibn Muhammad.
Pada periode ini,
umat Islam Spanyol mulai memperoleh kemajuan-kemajuan, baik dalam bidang
politik maupun dalam bidang peradaban. Abdurrahman al-Dakhil mendirikan masjid Cordova dan sekolah-sekolah di kota-kota besar Spanyol. Hisyam I dikenal berjasa dalam menegakkan hukum Islam, dan Hakam I dikenal sebagai pembaharu dalam bidang kemiliteran.
Dialah yang memprakarsai tentara bayaran di Spanyol. Sedangkan Abdurrahman al-Ausath dikenal sebagai penguasa yang cinta ilmu. Pemikiran
filsafat juga mulai masuk pada periode ini, terutama di zaman Abdurrahman al-Aushath. Ia mengundang para ahli dari dunia Islam lainnya untuk datang ke Spanyol sehingga kegiatan ilmu pengetahuan di Spanyol mulai semarak.
Sekalipun demikian,
berbagai ancaman dan kerusuhan terjadi. Pada pertengahan abad ke-9 stabilitas
negara terganggu dengan munculnya gerakan Kristen fanatik yang mencari kesyahidan. Namun, Gereja
Kristen lainnya di seluruh Spanyol tidak menaruh simpati pada gerakan itu, karena
pemerintah Islam mengembangkan kebebasan beragama. Penduduk Kristen diperbolehkan memiliki pengadilan sendiri berdasarkan
hukum Kristen. Peribadatan tidak dihalangi. Lebih dari itu, mereka
diizinkan mendirikan gereja baru, biara-biara disamping asrama rahib atau lainnya. Mereka juga tidak dihalangi bekerja
sebagai pegawai pemerintahan atau menjadi karyawan pada instansi militer.
Gangguan politik
yang paling serius pada periode ini datang dari umat Islam sendiri. Golongan pemberontak di Toledo pada tahun
852 M membentuk negara kota yang berlangsung selama 80 tahun. Disamping itu sejumlah orang
yang tak puas membangkitkan revolusi. Yang terpenting di antaranya adalah
pemberontakan yang dipimpin oleh Hafshun dan anaknya yang berpusat di pegunungan dekat Malaga. Sementara itu, perselisihan antara orang-orang Barbar dan orang-orang Arab masih sering terjadi.
Kekhalifahan
di Kordoba
- Abdur-rahman III,
929-961
- Al-Hakam
II, 961-976
- Hisyam
II, 976-1008
- Muhammad
II, 1008-1009
- Sulaiman,
1009-1010
- Hisyam
II, 1010-1012
- Sulaiman,
dikembalikan, 1012-1017
- Abdur-rahman IV,
1021-1022
- Abdur-rahman V,
1022-1023
- Muhammad
III, 1023-1024
- Hisyam III,
1027-1031
Periode
Ketiga (912-1013 M)
Periode ini
berlangsung mulai dari pemerintahan Abdurrahman
III yang bergelar An-Nasir sampai munculnya "raja- raja kelompok" yang
dikenal dengan sebutan Muluk al-Thawaij. Pada periode ini Spanyol diperintah oleh penguasa dengan gelar khalifah, penggunaan gelar khalifah tersebut bermula dari berita yang sampai kepada Abdurrahman
III, bahwa Al-Muktadir, Khalifah daulat Bani Abbas di Baghdad meninggal dunia dibunuh oleh pengawalnya sendiri.
Menurut penilaiannya, keadaan ini menunjukkan bahwa suasana pemerintahan Abbasiyah sedang berada dalam kemelut. Ia berpendapat bahwa
saat ini merupakan saat yang paling tepat untuk memakai gelar khalifah yang telah hilang dari kekuasaan Bani Umayyah selama 150 tahun lebih. Karena itulah, gelar
ini dipakai mulai tahun 929 M. Khalifah-khalifah besar yang memerintah
pada periode ini ada tiga orang, yaitu Abdurrahman al-Nashir (912-961 M), Hakam II (961-976 M), dan Hisyam II (976-1009 M).
Pada periode ini
umat Islam Spanyol mencapai puncak kemajuan dan kejayaan menyaingi
kejayaan daulat Abbasiyah di Baghdad. Abdurrahman al-Nashir mendirikan universitas Cordova. Perpustakaannya memiliki koleksi ratusan ribu buku. Hakam II juga seorang kolektor buku dan pendiri perpustakaan.
Pada masa ini, masyarakat dapat menikmati kesejahteraan dan kemakmuran.
Pembangunan kota berlangsung cepat.
Awal dari
kehancuran khilafah Bani Umayyah di Spanyol adalah ketika Hisyam naik tahta dalam usia sebelas
tahun. Oleh karena itu kekuasaan aktual berada di tangan para pejabat. Pada tahun
981 M, Khalifah menunjuk Ibn Abi Amir sebagai pemegang kekuasaan secara mutlak. Dia seorang
yang ambisius yang berhasil menancapkan kekuasaannya dan melebarkan wilayah
kekuasaan Islam dengan menyingkirkan rekan-rekan dan
saingan-saingannya. Atas keberhasilan-keberhasilannya, ia mendapat gelar al-Manshur Billah. Ia wafat pada tahun 1002 M dan digantikan
oleh anaknya al-Muzaffar yang masih dapat mempertahankan keunggulan kerajaan.
Akan tetapi, setelah wafat pada tahun 1008 M, ia digantikan oleh adiknya
yang tidak memiliki kualitas bagi jabatan itu. Dalam beberapa tahun saja,
negara yang tadinya makmur dilanda kekacauan dan akhirnya kehancuran total.
Pada tahun 1009 M khalifah mengundurkan diri. Beberapa orang yang dicoba untuk
menduduki jabatan itu tidak ada yang sanggup memperbaiki keadaan. Akhirnya pada
tahun 1013 M, Dewan Menteri yang memerintah Cordova menghapuskan jabatan khalifah. Ketika itu, Spanyol sudah terpecah dalam banyak sekali negara kecil yang
berpusat di kota-kota tertentu.
Periode Keempat (1013-1086 M)
Pada periode ini, Spanyol terpecah menjadi lebih dari tiga puluh negara kecil
di bawah pemerintahan raja-raja golongan atau Al-Mulukuth Thawaif, yang berpusat di suatu kota seperti Seville, Cordova, Toledo, dan sebagainya. Yang terbesar di antaranya adalah Abbadiyah di Seville. Pada periode ini umat Islam Spanyol kembali memasuki masa pertikaian intern. Ironisnya,
kalau terjadi perang saudara, ada di antara pihak-pihak yang bertikai itu yang
meminta bantuan kepada raja-raja Kristen. Melihat kelemahan dan kekacauan yang menimpa keadaan
politik Islam itu, untuk pertama kalinya orang-orang Kristen pada periode ini mulai mengambil inisiatif
penyerangan. Meskipun kehidupan politik tidak stabil, namun kehidupan
intelektual terus berkembang pada periode ini. Istana-istana mendorong para
sarjana dan sastrawan untuk mendapatkan perlindungan dari satu istana ke istana
lain.
Periode Kelima (1086-1248 M)
Pada periode ini Spanyol Islam meskipun masih terpecah dalam beberapa negara, tetapi
terdapat satu kekuatan yang dominan, yaitu kekuasaan daulah Murabithun (860-1143 M)
dan daulah Muwahhidun (1146-1235 M).
Dinasti Murabithun pada mulanya adalah sebuah gerakan politik yang
didirikan oleh Yusuf ibn Tasyfin di Afrika Utara. Pada tahun
1062 M ia berhasil mendirikan sebuah kerajaan yang berpusat di Marakisy. Ia masuk ke Spanyol atas "undangan" penguasa-penguasa Islam di sana yang tengah memikul beban berat perjuangan
mempertahankan negeri-negerinya dari serangan-serangan orang-orang Kristen. Ia
dan tentaranya memasuki Spanyol pada tahun 1086 M dan berhasil mengalahkan
pasukan Castilia.
Karena perpecahan
di kalangan raja-raja muslim, Yusuf melangkah lebih jauh untuk menguasai Spanyol dan ia berhasil untuk itu. Akan tetapi,
penguasa-penguasa sesudah ibn Tasyfin adalah raja-raja yang lemah. Pada tahun 1143 M, kekuasaan dinasti ini
berakhir, baik di Afrika Utara maupun di Spanyol dan digantikan oleh daulah Muwahhidun. Pada masa daulah Murabithun, Saragossa jatuh ke tangan Kristen, tepatnya tahun
1118 M. Di Spanyol sendiri, sepeninggal dinasti ini, pada mulanya muncul
kembali dinasti-dinasti kecil, tapi hanya berlangsung tiga tahun. Pada tahun 1146 M penguasa dinasti Muwahhidun yang berpusat di Afrika Utara merebut daerah ini. Muwahhidun didirikan oleh Muhammad ibn Tumart (w. 1128).
Dinasti ini datang ke Spanyol di bawah pimpinan Abdul Mun'im. Antara tahun
1114 dan 1154 M,
kota-kota muslim penting, Cordova, Almeria, dan Granada, jatuh ke bawah kekuasaannya.
Untuk jangka
beberapa dekade, daulah ini mengalami banyak kemajuan. Kekuatan-kekuatan Kristen dapat dipukul mundur. Akan tetapi tidak lama setelah
itu, Muwahhidun mengalami keambrukan. Pada tahun 1212 M, tentara Kristen memperoleh kemenangan besar di Las Navas de Tolesa. Kekalahan-kekalahan yang dialami Muwahhidun menyebabkan penguasanya memilih untuk meninggalkan Spanyol dan kembali ke Afrika Utara tahun 1235 M.
Keadaan Spanyol kembali runyam, berada di bawah penguasa-penguasa
kecil. Dalam kondisi demikian, umat Islam tidak mampu bertahan dari serangan-serangan Kristen yang semakin besar. Tahun 1238 M Cordova jatuh ke tangan penguasa Kristen dan Seville jatuh tahun 1248 M. Seluruh Spanyol kecuali Granada lepas dari kekuatan Islam.
Periode Keenam (1248-1492 M)
Pada periode ini, Islam hanya berkuasa di daerah Granada, di bawah dinasti Bani Ahmar (1232-1492).
Peradaban kembali mengalami kemajuan seperti di zaman Abdurrahman an-Nashir. Akan tetapi, secara politik, dinasti ini hanya
berkuasa di wilayah yang kecil. Kekuasaan Islam yang merupakan pertahanan terakhir di Spanyol ini berakhir karena perselisihan orang-orang istana
dalam memperebutkan kekuasaan. Abu Abdullah Muhammad merasa tidak senang kepada ayahnya karena menunjuk
anaknya yang lain sebagai penggantinya menjadi raja. Dia memberontak dan
berusaha merampas kekuasaan. Dalam pemberontakan itu, ayahnya terbunuh dan
digantikan oleh Muhammad ibn Sa'ad. Abu Abdullah kemudian meminta bantuan kepada Ferdinand dan Isabella untuk menjatuhkannya. Dua penguasa Kristen ini dapat mengalahkan penguasa yang sah dan Abu Abdullah naik tahta.
Tentu saja, Ferdinand dan Isabella yang mempersatukan dua kerajaan besar Kristen melalui perkawinan itu tidak cukup merasa puas.
Keduanya ingin merebut kekuasaan terakhir umat Islam di Spanyol. Abu Abdullah tidak kuasa menahan serangan-serangan orang Kristen tersebut dan pada akhirnya mengaku kalah. Ia
menyerahkan kekuasaan kepada Ferdinand dan Isabella, kemudian hijrah ke Afrika Utara. Dengan demikian berakhirlah kekuasaan Islam di Spanyol tahun 1492 M.
Umat Islam setelah itu dihadapkan kepada dua pilihan, masuk Kristen atau pergi meninggal Spanyol. Pada tahun
1609 M, boleh dikatakan tidak ada lagi umat Islam di daerah ini.
2.2 Kemajuan Peradaban Islam si Spanyol
Umat Islam di Spanyol telah mencapai kejayaan yang gemilang, banyak
prestasi yang mereka peroleh, bahkan pengaruhnya membawa Eropa dan juga dunia kepada kemajuan yang lebih kompleks,
terutama dalam hal kemajuan intelektual. Dalam masa lebih dari tujuh abad
kekuasaan Islam di Spanyol, umat Islam telah mencapai kejayaannya di sana. Banyak prestasi
yang mereka peroleh, bahkan pengaruhnya membawa Eropa, dan kemudian dunia, kepada kemajuan yang lebih
kompleks.
Kemajuan Intelektual
Spanyol adalah
negeri yang subur. Kesuburan itu mendatangkan penghasilan ekonomi yang tinggi
dan pada gilirannya banyak menghasilkan pemikir. Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat majemuk yang terdiri dari
komunitas-komunitas Arab (Utara dan Selatan), al-Muwalladun (orang-orang Spanyol yang masuk Islam), Barbar (umat Islam yang berasal dari Afrika Utara), al-Shaqalibah (penduduk daerah antara Konstantinopel dan Bulgaria yang menjadi tawanan Jerman dan dijual kepada penguasa Islam untuk dijadikan tentara bayaran), Yahudi, Kristen Muzareb yang berbudaya Arab, dan Kristen yang masih menentang kehadiran Islam. Semua komunitas itu, kecuali yang terakhir,
memberikan saham intelektual terhadap terbentuknya lingkungan budaya Andalus yang melahirkan Kebangkitan Ilmiah, sastra, dan
pembangunan fisik di Spanyol.
a.
Filsafat
Islam di Spanyol telah mencatat satu lembaran budaya yang sangat
brilian dalam bentangan sejarah Islam. Ia berperan sebagai jembatan penyeberangan yang
dilalui ilmu pengetahuan Yunani-Arab ke Eropa pada abad ke-12. Minat terhadap filsafat dan ilmu pengetahuan mulai dikembangkan pada abad
ke-9 M selama pemerintahan penguasa Bani Umayyah yang ke-5, Muhammad ibn
Abdurrahman (832-886 M).
Atas inisiatif al-Hakam (961-976 M),
karya-karya ilmiah dan filosofis diimpor dari Timur dalam jumlah besar,
sehingga Cordova dengan perpustakaan dan universitas-universitasnya
mampu menyaingi Baghdad sebagai pusat utama ilmu pengetahuan di dunia Islam. Apa yang dilakukan oleh para pemimpin dinasti Bani Umayyah di Spanyol ini merupakan persiapan untuk melahirkan
filosof-filosof besar pada masa sesudahnya.
Tokoh utama pertama
dalam sejarah filsafat Arab-Spanyol adalah Abu Bakr
Muhammad ibn al-Sayigh yang lebih dikenal
dengan Ibn Bajjah. Dilahirkan di Saragossa, ia pindah ke Sevilla dan Granada. Meninggal karena keracunan di Fezzan tahun 1138 M
dalam usia yang masih muda. Seperti al-Farabi dan Ibn Sina di Timur, masalah yang dikemukakannya bersifat etis dan eskatologis. Magnum opusnya adalah Tadbir al-Mutawahhid. Tokoh utama kedua adalah Abu Bakr ibn Thufail, penduduk asli Wadi Asy, sebuah dusun kecil di sebelah timur Granada dan wafat pada usia lanjut tahun 1185 M. Ia banyak menulis masalah kedokteran, astronomi dan filsafat. Karya filsafatnya yang sangat terkenal adalah Hay ibn Yaqzhan.
Bagian akhir abad
ke-12 M menjadi saksi munculnya seorang pengikut Aristoteles yang terbesar di gelanggang filsafat dalam Islam, yaitu Ibn Rusyd dari Cordova. Ia lahir tahun
1126 M dan meninggal tahun 1198
M. Ciri khasnya adalah kecermatan dalam menafsirkan naskah-naskah Aristoteles dan kehati-hatian dalam menggeluti masalah-masalah
menahun tentang keserasian filsafat dan agama. Dia juga ahli fiqh dengan karyanya Bidayatul- Mujtahid.
b.
Sains
IImu-ilmu kedokteran, musik, matematika, astronomi, kimia dan lain-lain juga berkembang dengan baik. Abbas ibn Famas termasyhur dalam ilmu kimia dan astronomi. Ialah orang pertama yang menemukan pembuatan kaca
dari batu. Ibrahim ibn
Yahya al-Naqqash terkenal dalam
ilmu astronomi. Ia dapat menentukan waktu terjadinya gerhana
matahari dan menentukan berapa lamanya. Ia juga berhasil membuat teropong
modern yang dapat menentukan jarak antara tata surya dan bintang-bintang. Ahmad ibn Ibas dari Cordova adalah ahli dalam bidang obat-obatan. Ummul Hasan
binti Abi Ja'far dan saudara
perempuan al-Hafidz adalah dua orang ahli kedokteran dari kalangan wanita.
Dalam bidang sejarah dan geografi, wilayah Islam bagian barat melahirkan banyak pemikir terkenal, Ibn Jubair dari Valencia (1145-1228 M)
menulis tentang negeri-negeri muslim Mediterania dan Sicilia dan Ibn Batuthah dari Tangier (1304-1377 M)
mencapai Samudera Pasai
dan Cina. Ibnul Khatib (1317-1374 M)
menyusun riwayat Granada, sedangkan Ibn Khaldun dari Tunisia adalah perumus filsafat sejarah. Semua sejarawan di atas bertempat tinggal di Spanyol, yang kemudian pindah ke Afrika. Itulah sebagian
nama-nama besar dalam bidang sains.
c.
Fiqh
Dalam bidang fiqh, Spanyol Islam dikenal sebagai penganut madzhab
Maliki. Yang memperkenalkan madzhab ini di sana adalah Ziyad ibn Abdurrahman. Perkembangan selanjutnya ditentukan oleh Ibn Yahya yang menjadi Qadhi pada masa Hisyam Ibn Abdurrahman. Ahli-ahli Fiqh lainnya di antaranya adalah Abu Bakr ibn
al-Quthiyah, Munzir Ibn
Sa'id al-Baluthi dan Ibn Hazm yang terkenal.
d.
Musik dan Kesenian
Dalam bidang musik dan suara, Spanyol Islam mencapai kecemerlangan dengan tokohnya al-Hasan Ibn Nafi' yang dijuluki Zaryab. Setiap kali diselenggarkan pertemuan dan jamuan, Zaryab selalu tampil mempertunjukkan kebolehannya. Ia juga
terkenal sebagai penggubah lagu. Ilmu yang dimiliknya itu diturunkan kepada
anak-anaknya baik pria maupun wanita, dan juga kepada budak-budak, sehingga
kemasyhurannya tersebar luas.
e.
Bahasa dan Sastra
Bahasa Arab telah menjadi bahasa administrasi dalam pemerintahan Islam di Spanyol. Hal itu dapat diterima oleh orang-orang Islam dan non-Islam. Bahkan, penduduk asli Spanyol menomor-duakan bahasa asli mereka. Mereka juga banyak
yang ahli dan mahir dalam bahasa Arab, baik keterampilan berbicara maupun tata bahasa.
Mereka itu antara lain: Ibn Sayyidih, Ibn Malik pengarang Aljiyah, Ibn Khuruf, Ibnul-Hajj, Abu Ali al-Isybili, Abu al-Hasan Ibn Usfur, dan Abu Hayyan al-Ghamathi. Seiring dengan kemajuan bahasa itu, karya-karya
sastra bermunculan, seperti Al-'Iqd al-Farid karya Ibn Abd Rabbih, al-Dzakhirahji Mahasin Ahl al-Jazirah oleh Ibn Bassam, Kitab al-Qalaid buah karya al-Fath ibn Khaqan, dan banyak lagi yang lain.
Kemegahan Pembangunan Fisik
Aspek-aspek
pembangunan fisik yang mendapat perhatian ummat Islam sangat banyak. Dalam
perdagangan, jalan-jalan dan pasar-pasar dibangun. Bidang pertanian demikian
juga. Sistem irigasi baru diperkenalkan kepada masyarakat Spanyol yang tidak mengenal sebelumnya. Dam-dam, kanal-kanal,
saluran sekunder, tersier, dan jembatan-jembatan air didirikan. Tempat-tempat
yang tinggi, dengan begitu, juga mendapat jatah air.
Orang-orang Arab
memperkenalkan pengaturan hidraulik untuk tujuan irigasi. Kalau dam digunakan
untuk mengecek curah air, waduk (kolam) dibuat untuk konservasi (penyimpanan
air). Pengaturan hydrolik itu dibangun dengan memperkenalkan roda air (water
wheel) asal Persia yang dinamakan naurah (Spanyol: Noria). Disamping itu, orang-orang Islam juga memperkenalkan pertanian padi, perkebunan jeruk,
kebun-kebun dan taman-taman.
Industri, disamping
pertanian dan perdagangan, juga merupakan tulang punggung ekonomi Spanyol Islam. Di antaranya adalah tekstil, kayu, kulit, logam, dan
industri barang-barang tembikar. Namun demikian, pembangunan-pembangunan fisik
yang paling menonjol adalah pembangunan gedung-gedung, seperti pembangunan
kota, istana, masjid, pemukiman, dan taman-taman. Di antara pembangunan
yang megah adalah masjid Cordova, kota az-Zahra, Istana Ja'fariyah di Saragosa, tembok Toledo, istana al-Makmun, masjid Seville, dan istana al-Hamra di Granada.
a.
Cordova
Cordova adalah ibu kota Spanyol sebelum Islam, yang kemudian diambil alih oleh Bani Umayyah. Oleh
penguasa muslim, kota ini dibangun dan diperindah. Jembatan besar
dibangun di atas sungai yang mengalir di tengah kota. Taman-taman dibangun
untuk menghiasi ibu kota Spanyol Islam itu. Pohon-pohon dan bunga-bunga diimpor dari Timur.
Di seputar ibu kota berdiri istana-istana yang megah yang semakin mempercantik
pemandangan, setiap istana dan taman diberi nama tersendiri dan di puncaknya
terpancang istana Damsyik. Di antara kebanggaan kota Cordova lainnya adalah masjid Cordova. Menurut ibn al-Dala'i, terdapat 491 masjid di sana. Disamping itu, ciri khusus kota-kota Islam adalah adanya tempat-tempat pemandian. Di Cordova saja terdapat sekitar 900 pemandian. Di sekitarnya
berdiri perkampungan-perkampungan yang indah. Karena air sungai tak dapat
diminum, penguasa muslim mendirikan saluran air dari pegunungan yang
panjangnya 80 Km.
b.
Granada
Granada adalah tempat pertahanan terakhir ummat Islam di Spanyol. Di sana berkumpul sisa-sisa kekuatan Arab dan pemikir Islam. Posisi Cordova diambil alih oleh Granada pada masa-masa akhir kekuasaan Islam di Spanyol. Arsitektur-arsitektur bangunannya terkenal di
seluruh Eropa. Istana al-Hambra yang indah dan megah adalah pusat dan puncak
ketinggian arsitektur Spanyol Islam. Istana itu dikelilingi taman-taman yang tidak kalah
indahnya. Kisah tentang kemajuan pembangunan fisik ini masih bisa diperpanjang
dengan kota dan istana az-Zahra, istana al-Gazar, menara Girilda dan lain-lain.
2.3 Faktor-faktor Pendukung Kemajuan
Spanyol Islam, kemajuannya sangat ditentukan oleh adanya
penguasa-penguasa yang kuat dan berwibawa, yang mampu mempersatukan
kekuatan-kekuatan umat Islam, seperti Abdurrahman al-Dakhil, Abdurrahman al-Wasith dan Abdurrahman an-Nashir. Keberhasilan politik pemimpin-pemimpin tersebut
ditunjang oleh kebijaksanaan penguasa-penguasa lainnya yang memelopori
kegiatan-kegiatan ilmiah yang terpenting di antara penguasa dinasti Umayyah di Spanyol dalam hal ini adalah Muhammad ibn
Abdurrahman (852-886M) dan al-Hakam II
al-Muntashir (961-976M).
Toleransi beragama
ditegakkan oleh para penguasa terhadap penganut agama Kristen dan Yahudi, sehingga mereka ikut berpartisipasi mewujudkan
peradaban Arab Islam di Spanyol. Untuk orang-orang Kristen, sebagaimana juga orang-orang Yahudi, disediakan hakim khusus yang menangani masalah
sesuai dengan ajaran agama mereka masing-masing. Masyarakat Spanyol Islam merupakan masyarakat majemuk, terdiri dari berbagai
komunitas, baik agama maupun bangsa. Dengan ditegakkannya toleransi beragama,
komunitas-komunitas itu dapat bekerja sama dan menyumbangkan kelebihannya
masing masing.
Meskipun ada
persaingan yang sengit antara Abbasiyyah di Baghdad dan Umayyah di Spanyol, hubungan budaya dari Timur dan Barat tidak selalu
berupa peperangan. Sejak abad ke-11 M dan seterusnya, banyak sarjana mengadakan
perjalanan dari ujung barat wilayah Islam ke ujung timur, sambil membawa buku-buku dan
gagasan-gagasan. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun umat Islam terpecah dalam beberapa kesatuan politik, terdapat
apa yang disebut kesatuan budaya dunia Islam.
Perpecahan politik
pada masa Muluk ath-Thawa'if dan sesudahnya tidak menyebabkan mundurnya peradaban.
Masa itu, bahkan merupakan puncak kemajuan ilmu pengetahuan, kesenian, dan
kebudayaan Spanyol Islam. Setiap dinasti (raja) di Malaga, Toledo, Sevilla, Granada, dan lain-lain berusaha menyaingi Cordova. Kalau sebelumnya Cordova merupakan satu-satunya pusat ilmu dan peradaban Islam di Spanyol, Muluk ath-Thawa'if berhasil mendirikan pusat-pusat peradaban baru yang
di antaranya justru lebih maju.
2.4 Penyebab Kemunduran dan Kehancuran
Beberapa penyebab
kemunduran dan kehancuran Umat Islam di Spanyol di antaranya konflik Islam dengan Kristen, tidak adanya ideologi pemersatu, kesulitan ekonomi,
tidak jelasnya sistem peralihan kekuasaan, dan keterpencilan.
1.
Konflik Islam dengan Kristen
Para penguasa muslim tidak melakukan islamisasi secara sempurna. Mereka
sudah merasa puas dengan taklukannya dan membiarkan mereka mempertahankan hukum
dan adat mereka, termasuk posisi hirarki tradisional, asal tidak ada perlawanan
bersenjata. Namun demikian, kehadiran Arab Islam telah memperkuat rasa kebangsaan orang-orang Spanyol Kristen. Hal itu menyebabkan kehidupan negara Islam di Spanyol tidak pernah berhenti dari pertentangan antara Islam dan Kristen. Pada abad ke-11 M umat Kristen memperoleh kemajuan pesat, sementara umat Islam sedang mengalami kemunduran.
2.
Tidak Adanya Ideologi Pemersatu
Kalau di
tempat-tempat lain para muallaf diperlakukan sebagai orang Islam yang sederajat, di Spanyol, sebagaimana politik yang dijalankan Bani Umayyah di Damaskus, orang-orang Arab tidak pernah menerima orang-orang pribumi.
Setidak-tidaknya sampai abad ke-10 M, mereka masih memberi istilah 'ibad dan muwalladun kepada para muallaf itu, suatu ungkapan yang dinilai merendahkan.
Akibatnya, kelompok-kelompok etnis non-Arab yang ada sering menggerogoti dan
merusak perdamaian. Hal itu mendatangkan dampak besar terhadap sejarah
sosio-ekonomi negeri tersebut. Hal ini menunjukkan tidak adanya ideologi yang
dapat memberi makna persatuan, disamping kurangnya figur yang dapat menjadi
personifikasi ideologi itu.
3.
Kesulitan Ekonomi
Di paruh kedua masa
Islam di Spanyol, para penguasa membangun kota dan mengembangkan ilmu
pengetahuan dengan sangat "serius", sehingga lalai membina
perekonomian. Akibatnya timbul kesulitan ekonomi yang amat memberatkan dan
menpengaruhi kondisi politik dan militer
4.
Tidak Jelasnya Sistem Peralihan Kekuasaan
Hal ini menyebabkan
perebutan kekuasaan di antara ahli waris. Bahkan, karena inilah kekuasaan Bani
Umayyah runtuh dan Muluk ath-Thawaif muncul. Granada yang merupakan pusat kekuasaan Islam terakhir di Spanyol jatuh ke tangan Ferdinand dan Isabella, di antaranya juga disebabkan permasalahan ini.
5.
Keterpencilan
Spanyol Islam bagaikan terpencil dari dunia Islam yang lain. Ia selalu berjuang sendirian, tanpa
mendapat bantuan kecuali dari Afrika Utara. Dengan demikian, tidak ada kekuatan alternatif yang
mampu membendung kebangkitan Kristen di sana.
BAB III
KESIMPULAN
Islam pertama kali masuk ke Spanyol pada tahun 711 M melalui
jalur Afrika Utara. Wilayah Andalusia yang sekarang disebut dengan Spanyol
diujung selatan benua Eropa, masuk kedalam kekuasaan dinasti bani Umayah
semenjak Tariq bin Ziyad, bawahan Musa bin Nushair gubernur Qairuwan,
mengalahkan pasukan Spanyol pimpinan Roderik Raja bangsa Gothia (92 H/ 711 M).
Spanyol diduduki umat islam pada zaman kholifah Al-Walid (705-715), salah
seorang khalifah dari Bani Umayah yang berpusat di
Damaskus. Perkembangan Islam di Spanyol berlangsung lebih dari tujuh
setengah abad. Perkembangan itu dibagi menjadi enam periode yaitu: Periode
Pertama (711-755 M), Periode Kedua (755-912 M), Periode Ketiga (912-1013 M),
Periode Keempat (1013-1086 M), Periode Kelima (1086-1248 M), dan Periode Keenam
(1248-1492 M). Kemajuan peradaban itu dipengaruhi oleh kemajuan
intelektual yang di dalamnya terdapat ilmu filsafat, sains, fikih, musik dan
kesenian, begitu juga dengan bahasa dan sastra,.
Faktor-faktor pendukung kemajuan Spanyol Islam, diantaranya kemajuannya sangat ditentukan oleh adanya penguasa-penguasa yang kuat dan berwibawa, yang mampu mempersatukan kekuatan-kekuatan umat Islam, seperti Abd al-Rahman al-Dakhil, Abd al-Rahman al-Wasith dan Abd al-Rahman al-Nashir. Keberhasilan politik pemimpin-pemimpin tersebut ditunjang oleh kebijaksanaan penguasa-penguasa lainnya yang memelopori kegiatan-kegiatan ilmiah dan adanya toleransi yang ditegakkan oleh penguasa terhadap penganut agamalain.
kemunduran dan kehancuran Islam di Spanyol antara lain, konflik Islam dengan Kristen,tidak adanya Ideologi pemersatu, kesulitan ekonomi, tidak jelasnya sistem peralihan kekuasaan keterpencilan.
Faktor-faktor pendukung kemajuan Spanyol Islam, diantaranya kemajuannya sangat ditentukan oleh adanya penguasa-penguasa yang kuat dan berwibawa, yang mampu mempersatukan kekuatan-kekuatan umat Islam, seperti Abd al-Rahman al-Dakhil, Abd al-Rahman al-Wasith dan Abd al-Rahman al-Nashir. Keberhasilan politik pemimpin-pemimpin tersebut ditunjang oleh kebijaksanaan penguasa-penguasa lainnya yang memelopori kegiatan-kegiatan ilmiah dan adanya toleransi yang ditegakkan oleh penguasa terhadap penganut agamalain.
kemunduran dan kehancuran Islam di Spanyol antara lain, konflik Islam dengan Kristen,tidak adanya Ideologi pemersatu, kesulitan ekonomi, tidak jelasnya sistem peralihan kekuasaan keterpencilan.
DAFTAR PUSTAKA
Ø Dr. As-Siba’i
Mustafa, Peradaban Islam Dulu, Kini dan Esok. Gema Insani
Press, Jakarta : 1993
Ø
Dr. Yatim Badri, M.A, Sejarah Peradaban Islam, PT:
Gravindo Persada : 2003
Ø
Katalog Dalam Terbitan (KDT), Ensiklopedi Mini Sejarah dan
Kebuidayaan Islam, Logos Wacana Ilmu Jakarta 1996
Ø Majid Mun’im
Abdul, Sejarah Kebudayaan Islam, Pustaka : 1997
Ø www.wikepedia.com//
sejarah islam di spanyol
Ø
Perpustakaan Nasional : Katalog Dalam Terbitan (KDT), Ensiklopedi
Mini Sejarah dan Kebudayaan Islam, Logos Wacana Ilmu, Jakarta 1996.
Prof. Dr. Hj. Sunanto Musyrifah, Sejarah Islam Klasik, Jakarta
Timur, Penada Media: 2003
Tidak ada komentar:
Posting Komentar